Minggu, 06 Februari 2011

Lahirnya Teknologi Masa Depan Mobile Baru dari Negara Terpencil

Lahirnya Teknologi Masa Depan Mobile Baru dari Negara Terpencil

Jika kita bertanya pada lembaga riset telematika global, Gartner, apakah sepuluh layanan seluler paling top dan akan diimplementasikan di berbagai negara? Maka, salah satu jawabnya adalah mobile remittance--transfer uang melalui layanan seluler.

Mengapa? Saat ini, dunia telekomunikasi dan perbankan dibelalakkan oleh keberhasilan MPesa dari Safaricom. Sebuah layanan inovatif yang muncul dari operator seluler di negara yang terbilang kelompok negara ketiga yaitu Kenya, di Afrika bagian Timur.

Dengan jumlah penduduk 40 juta, 78% tinggal di pedesaan, mata pencaharian utama di sektor agraris (75%), GDP per kapita US$ 1600, penetrasi mobile mencapai hampir 51%, dan perbandingan pemegang rekening bank dan pengguna seluler sebesar 1:3, Kenya berhasil menjangkau 80% penduduknya melalui layanan MPesa.

Apa sebenarnya layanan MPesa itu? MPesa (M kependekan dari mobile, pesa berarti money--bahasa Swahili), jadi MPesa berarti mobile money. Atau layanan mobile dengan produk utama menyediakan jasa transfer uang elektronik antar pengguna ponsel.

Caranya sangat mudah, pelanggan memasukkan uang tunainya ke dalam M-Pesa account melalui agen terdekat. Dengan cara ini, sebenarnya, pelanggan telah menkonversikan uang tunai mereka menjadi uang elektronik.

Selanjutnya melalui menu yang sudah tersedia di ponsel, pelanggan dapat mentransfer uang elektronik untuk dikirim ke pelanggan M-Pesa lainnya. Untuk mendapatkan uang tunai, penerima tinggal menuju agen terdekat untuk menariknya.

Dengan model layanan seperti itu, MPesa bisa dikategorikan sebagai layanan perbankan tanpa kantor cabang (branchless banking). Berdasarkan hasil riset lembaga riset microfinance global, CGAP, menunjukkan branchless banking akan memberi harga jauh lebih murah untuk setiap layanan dibandingkan branch banking.

Branchless banking mempunyai kecepatan penetrasi pasar 5x lebih cepat dibandingkan branch banking. Itulah kiranya mungkin yang membuat MPESA dapat menawarkan tarif murah, yaitu sekitar Rp 3.000 - Rp 44.000 per transaksi, dan tumbuh pesat hanya dalam waktu tiga tahun.

MPesa saat ini mempunyai 9,5 juta pelanggan, atau mencapai 80% rumah tangga di Kenya. Mereka diperkirakan mencetak pendapatan sebesar US$113 juta di akhir tahun 2010, dengan volume transfer mencapai US$1,36 miliar, dan rata-rata melayani 2 juta transaksi setiap harinya!

Kunci untuk Indonesia

Ada beberapa hal yang perlu dicatat di sini sebagai kunci utama keberhasilan MPesa. Pertama, ketika MPesa diluncurkan, Safaricom adalah pemegang pangsa pasar seluler terbesar di Kenya dengan pangsa 80%.

Kedua, MPesa membangun jaringan agen terseleksi dan terpercaya dimana-mana dengan pembagian komisi cukup besar (bisa mencapai 30% dari biaya layanan). Bahkan, dalam 3 tahun perkembangannya, jumlah agen ini mencapai 16 ribu yang tersebar di seluruh Kenya. Angka ini jauh di atas jumlah bank, jumlah ATM, dan jumlah kantor pos yang ada di sana.

Agen-agen ini dibina dan dimonitor sehingga mampu memberikan layanan yang memuaskan. Padahal agen-agen tak ubahnya seperti toko-toko kecil di pasar. MPesa berhasil menggerakkan ekonomi pedesaan Kenya, setidaknya 16 ribu tenaga kerja terserap di sana.

Ketiga, MPesa sejak awal dibangun sangat terbuka dan kooperatif dengan regulator. Regulator di Kenya sempat khawatir akan terjadinya pemanfaatan layanan untuk pencucian uang. Hingga puncaknya, pemerintah Kenya memerintahkan bank sentral mengaudit seluruh sistem M-Pesa. Dan, ternyata M-Pesa lolos audit secara memuaskan.

Keempat, MPesa sangat memahami kebutuhan pelanggannya. Dengan bahasa slogan sederhana 'Send Money to Home', M-Pesa ini awalnya menyediakan layanan transfer uang bagi penduduk migran Kenya untuk dikirim kepada keluarganya di desa yang notabene tidak punya rekening bank. Dengan slogan sederhana dan harga terjangkau, MPesa saat ini berkembang menjadi pilihan utama masyarakat pedesaan Kenya untuk mentransfer uang mereka kepada siapa saja.

Kita bisa bayangkan jika layanan seperti itu ada di Indonesia! Mari kita lihat kedekatan kondisi demografi kita dengan Kenya. Indonesia, berdasarkan riset kami, memiliki statistik hampir sama bahkan beberapa lebih baik dari Kenya. Dengan jumlah penduduk 243 juta, 48% tinggal di pedesaan dan mata pencaharian utama sebagai agraris, GDP per capita US$ 4000, penetrasi layanan seluler mencapai hampir 90%, dan perbandingan pemegang rekening bank dengan pengguna seluler berkisar 1 :3,7.

Nah, andai saja layanan mobile remittance ini hanya kita fokuskan kepada para pahlawan devisa kita (baca: TKI) --dimana data www.indonesia.go.id yang diperkuat Bank Indonesia menyebutkan jumlah TKI mencapai 2,67 juta orang dengan pengiriman uang US$ 6,615 miliar per tahunnya, maka alangkah dahsyat manfaatnya.

Sharing Vision berikhtiar member kontribusi pada bangsa terkait remitansi TKI ini dengan mengadakan workshop mobile remittance pada 29-30 November mendatang di Singapura.

Yang jelas, mungkin ada baiknya jika kita catat estimasi World Bank: Pengurangan biaya pengiriman uang sebesar 2-5% dapat meningkatkan remitansi 50-70%, sehingga meningkatkan kegiatan ekonomi lokal. Estimasi ini juga diperkuat survey CGAP, bahwa penerima pendapatan masyarakat pedesaan di Kenya meningkat 5% - 30% sejak mereka mulai menggunakan MPesa.

Jika demikian besar manfaatnya, lalu siapa yang akan segera memulai menggelarnya secara massif di Indonesia tercinta ini? So, it's now or never!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar yang baik dan membangun

ini isi tab pertama
ini isi tab kedua
ini isi tab Ketiga

Translate

RT @mikefilsaime is having a Webinar Event this week. Make sure to make it. I'll be on! http://nowview.me/kLA2