Rabu, 25 Mei 2011

Misteri Blue Energy


Misteri Blue Energy
Bila Benar, Penemu Bahan Bakar Air Layak Dapat Nobel 
Indra Subagja - detikNews
Jakarta - Penemuan bahan bakar air adalah peristiwa besar. Karena itu siapa yang bisa menemukannya layak diganjar penghargaan, termasuk Joko Suprapto.

"Di dunia teknik kalau yang bisa menemukan air bisa menjadi bahan bakar perlu diberikan hadiah Nobel," kata pakar mesin UI Profesor Nakoela saat berbincang dengan dengan detikcom, Minggu (25/5/2008).

Menurutnya air memang bisa menjadi energi, tapi itu air yang dibendung seperti air di waduk Jatiluhur yang kemudian menggerakkan turbin.

"Bukan air menjadi panas atau air dipanasi kemudian menjadi steam. Biofuel saja masih pakai solar yang ditambah dan dikurangi senyawa tertentu," imbuhnya.

Apalagi hal ini dilakukan di Indonesia. "Untuk konservasi energi Indonesia belum sempurna. Saya saja mesti memanfaatkan laboratorium di Jerman, Belanda, dan Jepang apabila mahasiswa saya melakukan penelitian seperti ini," jelasnya.

Nakoela lalu memberi alternatif, bila memang Indonesia belum mampu membuat bahan bakar dari air sebagi pengganti bahan bakar dari fosil, masih banyak energi lain yang bisa digunakan atau pun dikembangkan.

"Bisa energi angin, energi surya, dan energi nuklir. Itu yang bisa dikembangkan. Dalam akademik kita harus bersikap jujur, berkata jujur, dan bertindak jujur," tandas pria berusia 83 tahun ini.

Bahan bakar air di Indonesia belakangan ini dimunculkan oleh Joko Suprapto. Namanya kurang menggaung saat produknya diuji coba pada empat kendaraan 25 November 2007 lalu. Namanya baru mencuat justru saat dia diberitakan raib pada 7 Mei 2008. Joko kini telah 'ditemukan' dan dia menyatakan permintaan maaf pada Presiden SBY. (ndr/nrl)
=========================


Heboh Blue Energy
Menanti Hidrogen, Dari Presiden Sampai Paimin 
Eddi Santosa - detikNews
Den Haag - Presiden Bush pernah menantang rakyat AS untuk secepatnya bisa menjalankan mobil dengan bahan bakar hidrogen. Dialokasikan dana US$ 1 miliar untuk riset bagaimana caranya.

Hidrogen (H2) adalah gas paling melimpah di jagad raya ini. Bintang-bintang itu materi utamanya terbuat dari H2. Misalnya matahari, itu pada dasarnya merupakan bola raksasa gas H2 dan helium (He).

Setiap atom H2 hanya mempunyai satu proton. Karena berat H2 lebih ringan dari udara, maka akibatnya H2 melayang ke atmosfir. Inilah mengapa H2 tidak ditemukan secara mandiri di bumi tetapi selalu dalam ikatan dengan elemen lain: hidrogen (H2) dengan oksigen (O2) = air (H2O), dengan karbon (C) berupa macam-macam ikatan senyawa metan (CH4), dll.

Seiring dengan semakin mahalnya bahan bakar fosil beserta beban kerusakan lingkungan yang diakibatkannya, kini orang berlomba melirik H2 sebagai bahan bakar atau sumber energi alternatif, yang lebih sustainable.

Sejauh ini ada dua cara produksi H2 yang telah dikenal. Cara pertama adalah dengan reformasi uap. Dari 95% produksi H2 di AS saat ini menggunakan cara ini, terutama dalam industri, dengan memisahkan H2 dari metana (CH4). Namun karena CH4 adalah dari fosil, maka sami mawon. Selain itu proses penguapan ini juga menghasilkan gas emisi yang menyebabkan pemanasan global.

Cara kedua adalah dengan elektrolisis, yakni memisahkan hidrogen dari air alias memecah molekul air (H2O) menjadi H2 dan O2. Sayangnya cara ini sangat mahal dan para ahli masih terus mengembangkan teknologi baru agar dicapai temuan yang sesuai harapan umat manusia.

Persoalannya bagaimana memproduksinya secara massal dengan harga terjangkau, sehingga bisa menggantikan bahan bakar fosil?

NASA sudah sejak 1970 menggunakan H2 cair untuk bahan bakar pesawat ulang-aling dan roket pendorong ke orbit. Tapi tentu bukan ini yang ditunggu para pemilik kendaraan bermotor, dari Rudy sampai Paimin.

Indonesia mungkin dalam waktu dekat akan bisa menjadi sanjungan dunia dengan temuan Joko Suprapto, yang oleh presiden telah dibaptis sebagai blue energy. Kita berharap untuk itu, supaya kali ini presiden Bush geleng-geleng kepala salut kepada kebanggaan nasional kita? (es/es)



Blue Energy Nama Pemberian SBY
 
Ronald Tanamas - detikNews

Jakarta - Minyak Indonesia bersatu. Itulah salah pilihan satu nama bahan bakar yang ramah lingkungan dan emisinya rendah. Namun kemudian, Presiden SBY memberinya nama blue energy.

Joko Suprapto yang dikabarkan sebagai penemu blue energy berjanji akan menemui Presiden SBY pada Hari Kebangkitan Nasional 2008. Sebelumnya, Joko dikabarkan raib. Namun dia kemudian muncul kembali di tengah keluarganya di Nganjuk, Jawa Timur, pada Jumat lalu.

Heru Lelono yang merupakan ketua tim blue energy pada saat pameran di Cikeas beberapa waktu lalu angkat bicara soal Joko.

Perkenalan Heru Lelono dengan Joko Suprapto dimulai pada awal 2007 karena Joko menciptakan pembangkit tenaga listrik alternatif. Waktu itu Heru dan kawan-kawannya dari organisasi masyarakat Gerakan Indonesia Bersatu sepakat membangun lembaga penelitian yang dinamakan Center for Food Energy and Water Studies (CFEWS).

Gagasannya adalah melakukan penelitian, mendorong dan mengembangkan inovasi dari para inovator yang sangat banyak di negeri ini dalam bidang pangan dan energi. Tujuan dapat dimasyaratkan bagi rakyat luas.

Menurut Heru pada saat itu Joko mengatakan berhasil membuat base fuel atau minyak dasar pembuat bahan bakar berbahan baku hydrogen yang diambil dari air namun kemudian dikembangkan oleh tim.

"Pengembangan pembuatan bahan bakar itu tidak dilakukan oleh Joko sendiri namun dikerjakan oleh tim kita secara bersama," kata Heru Lelono di PIM 2 Jakarta Selatan kepada detikcom, Sabtu (25/5/2008).

Nama blue energy adalah sebutan bagi jenis bahan bakar yang ramah lingkungan dan emisinya rendah. Sebelum dipatenkan menjadi blue energy sempat ada beberapa nama yang disebutkan salah satunya Minyak Indonesia bersatu.

"Akhirnya Pak SBY kemudian memberikan putusan final yaitu blue energy," pungkas Heru.
(ron/nvt)

1 komentar:

silahkan komentar yang baik dan membangun

ini isi tab pertama
ini isi tab kedua
ini isi tab Ketiga

Translate

RT @mikefilsaime is having a Webinar Event this week. Make sure to make it. I'll be on! http://nowview.me/kLA2